Bu Sumeni, Telik Sandi Penakluk KNIL (Sejarah)

Bu Sumeni, Telik Sandi Penakluk KNIL (Sejarah)

Bu Sumeni, Telik Sandi Penakluk KNIL

BU SUMENI, TELIK SANDI PENAKLUK KNIL

Jalan Raya Sragen- Batu Jamus terletak di selatan pusat Kota Sragen. Jalan raya yang dikelola pemerintah provinsi Jawa Tengah itu membentang dari perempatan Transito (Sragen) spanjang kurang lebih 3 kilometer mengarah ke Batu Jamus.
Nama Jalan Sragen-Batu Jamus baru disematkan pada tahun 2016. Sebelumnya ruas jalan itu bernama Jalan Sumeni. Nama Sumeni rupanya masih melekat di hati warga sepanjang jalan itu. Dapat dijumpai para pemilik rumah, toko atau bangunan lain masih mempertahankan nama Jalan Sumeni sebagai penunjuk alamat hunian atau propertin mereka.
Toh tak banyak yang tahu tentang siapa sebenarnya Sumeni. Bahkan banyak yang kini masih bingung menebak Sumeni itu nama wanita ataukah laki-laki.
Seklumit informasi diperoleh dari ketua Yayasan Tentara Pelajar Surakarta, Kangko Bambang Prasetyo kepada penulis saat ditemui beberapa waktu lampau..
Sumeni adalah seorang perempuan pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Sragen. Sepak terjangnya di Sragen merentang dari tahun 1947 (setelah Agresi Militer Belanda I) hingga tahun 1950 (setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda).
Selain itu Sumeni berstatus pelajar lulusan MULO Surakarta dan aktif dalam Laskar Wanita Indonesia (LASWI). Ia menjadi legenda karena keberhasilannya ‘menjinakkan’ belasan serdadu lelaki Belanda.
Setelah agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, Sumeni ditugaskan ke Sragen. Karena masih berstatus pelajar, Sumeni diminta bergabung dalam kesatuan Tentara Pelajar yang ada di Sragen. Saat itu usianya baru 18 tahun dan diberi pangkat militer prajurit dua.
Di Sragen, Sumeni diberikan tugas yang tergolong berbahaya. Menjadi telik sandi (mata-mata). Ia harus mengumpulkan informasi tentang kekuatan militer Belanda yang saat itu bermarkas di Pabrik Gula Modjo. Nah, dalam menjalankan tugas sebagai telik sandi inilah, Sumeni memiliki taktik yang unik dan akhirnya melegenda.
Sumeni menyusun siasat agar dapat memasuki PG Modjo tanpa dicurigai. Berbagai cara penyamaran dan pendekatan dilakukan oleh Sumeni. Ia sengaja menyasar para meneer pabrik gula. Upaya Sumeni berhasil. Seorang pegawai pengawas (sinder) pabrik yang terpikat hatinya kemudian menikahi Sumeni.
Berkat pernikahan tersebut, akses ke berbagai lokasi di dalam PG Mojo terbuka lebar. Pergaulan Sumeni tak hanya di antara pegawai pabrik namun meluas hingga kalangan serdadu Belanda. Sumeni pun sukses mendulang informasi kekuatan militer Belanda di PG Mojo.
Berkat Sumeni diketahui bahwa militer Belanda di PG Modjo sebanyak 3 kompi (setara 300 serdadu bersenjata) meliputi prajurit dari Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) dan Korps Speciale Troepen (KST). KNIL adalah tentara regular kerajaan Hindia Belanda. Sedangkan KST adalah pasukan khususnya Negara Belanda (kalau di Indonesia: Kopassus, Marinir, Paskhas, dsb )
Selain itu, berkali-kali rencana pergerakan militer Belanda dibocorkan Sumeni kepada komandan pejuang Republik di Sragen, Mayor Hartadi. Berulang kali pula markas Belanda di PG Modjo mendapat serangan dari para pejuang. Titik kumpul dan pengintaian para pejuang adalah semak-semak dan kebun tebu di timur pabrik gula. Di atas lokasi titik kumpul itu sekarang sedang dibangun Sentra Kuliner Sragen, sebelumnya kantor veteran.
Tugas telik sandi Sumeni paling fenomenal terjadi pada bulan Mei 1949. Sumeni berhasil membujuk satu peleton prajurit KNIL membelot meninggalkan markas PG Modjo dan bergabung dengan pejuang Republik. Para serdadu yang berhasil dibujuk Sumeni adalah prajurit KNIL dari kalangan bumiputera. Mereka membawa serta persenjataan modern dan berbalik melawan militer Belanda.
Berulang kali pula markas Belanda di PG Modjo mendapat serangan dari para pejuang. Titik kumpul dan pengintaian para pejuang adalah semak-semak dan kebun tebu di timur pabrik gula. Di atas lokasi titik kumpul itu sekarang sedang dibangun Sentra Kuliner Sragen, sebelumnya kantor veteran.
Sumeni mengakhiri tugas sebagai telik sandi di Sragen pada tahun 1950, setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia 27 Desember 1949. Hebatnya selama bertugas, aksi mata-mata Sumeni tak pernah tercium Belanda.
Tak banyak informasi tentang Sumeni setelahnya. Foto diri dan alamat rumahnya pun tak dapat ditemukan. Termasuk kelanjutan pernikahannya dengan sinder pabrik gula. Kisah Sumeni selanjutnya misterius, sebagaimana aksi telik sandi yang dilakoninya: bergerak dalam senyap. Jejak yang tertinggal adalah ingatan para rekan seperjuangan Sumeni yang mengenang aksi hebat perempuan pemberani itu.
Demi menghargai jasanya dalam membela kemerdekaan negerinya, Pemerintah Kabupaten Sragen menisbatkan nama Sumeni menjadi ruas jalan yang membentang antara perempatan Transito Sragen ke arah Batujamus.
Peresemian nama Jalan Sumeni dilakukan oleh Bupati Sragen pada 2004 dan dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit. Sayangnya, nama jalan tersebut kini telah berganti nama menjadi Jalan Raya Sragen-Batujamus di bawah pengelolaan Provinsi Jawa Tengah. Semoga ingatan tentang Bu Sumeni tak lekas menghilang tergilas oleh lembaran masa.

(penulis: Johny Adhi Aryawan)

LINK TERKAIT